A review by blackferrum
Never Been Kissed by RevelRebel

emotional lighthearted reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.75

Kebanyakan overthinking, kurang percaya diri, ada trauma masa lalu jelas bukan kombinasi apik dari karakter karena berisiko menimbulkan gregetan, mangkel, dan jengkel pada pembacanya. Kukira kisah fiksi, ternyata cermin kehidupanku :(

Menjadi penulis best-seller tidak cukup hebat bagi Tara. Rasanya masih kurang dan ada yang salah dengan hidupnya. Kritik keras dari editornya mengenai adegan romansa di naskah terbarunya memantik perasaan resah pada diri Tara karena statusnya saja jomlo selama 30 tahun. Lagi pula, mengapa editornya repot sekali menguliti bagian itu, padahal dua novel sebelumnya dengan editor yang berbeda tidak menjadi masalah? Apakah Tara lantas menentang atau protes dengan kritikan itu? Nope.

Kepribadian Tara diciptakan untuk menjadi pengikut dan penurut. Bukan berarti dia bodoh dan bloon masalah apa pun, hanya nggak punya keberanian diri berlebih aja. Jadi, ketika sosok masa lalunya muncul dan menawarkan bantuan riset untuk bagian yang menjadi beban pikiran, Tara nggak bisa memikirkan hal lain, selain "menurut".

Well, nggak bisa dibilang menurut juga karena awalnya Tara canggung banget. Wajar aja, teman masa SMA-nya muncul lagi dalam bentuk lebih oke. Berbanding terbalik dengan imejnya di masa putih abu-abu.

Lagi-lagi, karakter ceweknya berhasil mencetak sosok "manusia" yang jelas. Tara yang nggak pede setelah resign, semakin nggak bisa mengontrol rasa rendah dirinya setelah bertemu Remy. Padahal, di buku tahunan SMA, dia diberi titel Si Paling Punya Masa Depan Potensial (cmiiw), tapi ternyata Remy yang lebih sukses dari dia. Eh, bukan-bukan, Tara nggak lagi iri dengan capaian Remy, tapi lebih ke self-blaming karena nggak bisa menjadi "sukses" bahkan untuk ukuran dirinya sendiri.

Both Remy & Rully berhasil bikin dua FL yang rendah diri dan gampang insekyur ini bisa melihat potensi dirinya sendiri serta mendorong mereka buat berkembang lebih jauh. I love them! And I love both Tyra & Tara karena mereka berhasil mengolah emosi maupun bakatnya dan bikin hal itu jadi sesuatu yang bisa bikin mereka lebih glowing.

Intinya, aku lebih suka buku ini karena dari penggambaran karakter, cara karakter lain membantu "mengangkat" karakter yang lagi nggak baik-baik aja, dan supports for each other lebih terasa di sini. Tara dan pikirannya itu ruwet memang. Bikin sebel juga karena beberapa bagian somehow mirip dengan diri sendiri xD, tapi setidaknya dia mau bangkit dan berhasil menemukan value-nya sendiri. 

Emosinya dapet banget. Apalagi latar belakangnya Remy. Langgeng-langgeng deh, kalian berdua.