A review by virishin
Derabat: Cerpen Pilihan KOMPAS 1999 by Kenedi Nurhan

4.0

⭐4/5

Akhirnya selesai juga baca Derabat.

Sesuai progress yang aku buat di Twitter, ada 20 cerpen di buku ini. Karena terbitan tahun 1999, masih ada bau-bau sindiran akan penyalahgunaan otoritas di berbagai cerpennya. Ada yang menyuguhkan secara eksplisit, ada juga yang menggambarkannya dalam posisi remeh yang mungkin beberapa orang gak ngeh kalo itu termasuk abuse of power:)

Untuk beberapa kesanku:

Gak seperti orang2, aku gak terlalu suka cerpen Derabat. Kayaknya terlalu dibawa kemana-mana, aku gagal fokus. Biasa sih emang secara subjektif aku gak cocok sama style Budi Darma.

Kumcer ini aku baca udah dari awal bulan tapi baru selesai sekarang. Dan selama itu yang memberi kesan lebih buatku adalah cerpen Perempuan Suamiku. Sebenernya ini cerpen biasa aja, bukan yang bergaya sastra banget kayak cerpen2 lain, tapi aku suka eksekusinya. Menunjukkan kalo wanita emang selalu seperti wanita pada umumnya. Berharap akan cinta. Semandiri dan seabai apapun, tetep ada rasa ingin memiliki yang dicintai.

Trus nggak lupa mau mention cerpen Ulat dalam Sepatu, ceritanya bikin aku greget bukan cuma karena alurnya, tapi karena representasi ulat untuk tingkah laku menjijikkan dari pemda. Aku benci ulat, tapi di sini beneran cocok banget perannya.

Selebihnya, cerpen2 lain bikin geram, greget, dan perasaan yang mirip dengan itu. Sebelum akhirnya aku tunda baca selama 15 hari lebih, dan lanjut lagi utk 2 cerpen terakhir. Ternyata bagus banget brooo kenapa aku malah melewatkan cerpen2 bagus selama itu