Scan barcode
virishin's reviews
100 reviews
Attack on Titan, Volume 2 by Hajime Isayama
adventurous
challenging
dark
emotional
funny
mysterious
sad
tense
medium-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
5.0
Attack on Titan, Volume 1 by Hajime Isayama
challenging
dark
emotional
funny
sad
tense
medium-paced
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
5.0
Girls by Kanae Minato
tense
slow-paced
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? No
- Loveable characters? No
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.75
Silent Demon by Fino Y. K.
informative
fast-paced
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? No
- Loveable characters? No
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? No
2.75
5 cm : Aku , Kamu , Samudera dan Bintang - bintang by Donny Dhirgantoro
4.0
Senang sekali akhirnya bisa menyelesaikan buku ini. Sudah 4 bulan, kurang lebih, saya baca buku ini dibarengi dengan kesibukan di real life. Ringan, tapi sedikit suka menyentil psikologi. Tepatnya pada bagian monolog Zafran dengan minime-nya, kadang bikin ketawa, kadang bikin gentar. Minime itu apa? Coba baca sendiri ahahaha.
Apa tanggapanku akan buku ini, adalah buku ini tetap membawa unsur petualangannya, seperti pada buku pertama. Saya kira kak Donny nggak akan membuat mereka pergi ke mana-mana lagi, tapi ternyata... Atau saya saja yang tidak tahu?? Maklum, saya tidak membaca sinopsisnya.
Saya sudah lupa bagaimana isi dari buku pertama, karenanya saya menilai terpisah saja dan fokus ke buku ini.
Bukan tipe saya:
1. Saya tidak suka dengan gaya menulis kak Donny yang terlalu banyak menggunakan elipsis. Saya tidak tahu apa urgensi beliau menggunakan tanda itu sebegitu seringnya, saya jadi agak kurang bisa menikmati jalan ceritanya karena sering kesulitan membayangkan nada bicara pada dialog antar tokohnya yang hampir memenuhi buku.
2. Saya agak tidak sreg dengan adegan mereka mengharu biru sampai air mata berjatuhan menikmati pemandangan surgawi yang disuguhi oleh Indonesia. Ini pure opini subjektif saya yang memang tidak terlalu bisa menikmati objek alam.
3. Sudut pandang yang tidak konsisten. Saya cukup kurang menyukainya karena membuat saya bingung, apalagi di bagian Zafran bermonolog sendiri, dan menasihati diri sendiri seakan-akan itu bukan Zafran. Seakan-akan sudut pandang mendadak diubah saat momen belum berganti. Ini alasan saya sampai sulit lanjut membacanya, padahal topik yang sedang direnungkan itu menarik, tapi terlalu sering berputar-putar.
Tipe saya:
4. Gaya penceritaannya. Ini membuat alur cerita menjadi sangat cepat, padahal saya bukan tipe yang menyukai alur dibuat cepat, tapi pada kasus ini saya menyukainya. Kak Donny dengan halus menuliskan adegan demi adegan tanpa banyak memperjelas latarnya sedetail mungkin. Itu mendukung cerita tidak terfokus pada objek-objek yang ditemui di jalan karena buka itu yang perlu dilihat. Bagus sekali.
5. Adil dengan tiap karakternya. Tidak mudah membuat nasib banyak tokoh dalam satu universe ke dalam satu buku. Apalagi, di sini ada 5 tokoh utama. Suka sekali dengan kekonsistenan penulis.
6. Walaupun pada poin 2 saya bilang kurang sreg, tapi dalam hati terdalam saya mulai merasa ada keinginan untuk overland juga hahaha. Jadi, penulis berhasil membuat Indonesia menjadi terlihat makin indah melalui bukunya.
7. Happy ending. Terima kasih telah membuat epilog yang membuat hati saya bahagia. Saya sudah bermuram durja dengan surat terakhir di dalam buku, tapi ternyata akhirnya menyatu lagi. Saya sangat bahagia.
Itu saja dari saya. Salam! ✌️
Apa tanggapanku akan buku ini, adalah buku ini tetap membawa unsur petualangannya, seperti pada buku pertama. Saya kira kak Donny nggak akan membuat mereka pergi ke mana-mana lagi, tapi ternyata... Atau saya saja yang tidak tahu?? Maklum, saya tidak membaca sinopsisnya.
Saya sudah lupa bagaimana isi dari buku pertama, karenanya saya menilai terpisah saja dan fokus ke buku ini.
Bukan tipe saya:
1. Saya tidak suka dengan gaya menulis kak Donny yang terlalu banyak menggunakan elipsis. Saya tidak tahu apa urgensi beliau menggunakan tanda itu sebegitu seringnya, saya jadi agak kurang bisa menikmati jalan ceritanya karena sering kesulitan membayangkan nada bicara pada dialog antar tokohnya yang hampir memenuhi buku.
2. Saya agak tidak sreg dengan adegan mereka mengharu biru sampai air mata berjatuhan menikmati pemandangan surgawi yang disuguhi oleh Indonesia. Ini pure opini subjektif saya yang memang tidak terlalu bisa menikmati objek alam.
3. Sudut pandang yang tidak konsisten. Saya cukup kurang menyukainya karena membuat saya bingung, apalagi di bagian Zafran bermonolog sendiri, dan menasihati diri sendiri seakan-akan itu bukan Zafran. Seakan-akan sudut pandang mendadak diubah saat momen belum berganti. Ini alasan saya sampai sulit lanjut membacanya, padahal topik yang sedang direnungkan itu menarik, tapi terlalu sering berputar-putar.
Tipe saya:
4. Gaya penceritaannya. Ini membuat alur cerita menjadi sangat cepat, padahal saya bukan tipe yang menyukai alur dibuat cepat, tapi pada kasus ini saya menyukainya. Kak Donny dengan halus menuliskan adegan demi adegan tanpa banyak memperjelas latarnya sedetail mungkin. Itu mendukung cerita tidak terfokus pada objek-objek yang ditemui di jalan karena buka itu yang perlu dilihat. Bagus sekali.
5. Adil dengan tiap karakternya. Tidak mudah membuat nasib banyak tokoh dalam satu universe ke dalam satu buku. Apalagi, di sini ada 5 tokoh utama. Suka sekali dengan kekonsistenan penulis.
6. Walaupun pada poin 2 saya bilang kurang sreg, tapi dalam hati terdalam saya mulai merasa ada keinginan untuk overland juga hahaha. Jadi, penulis berhasil membuat Indonesia menjadi terlihat makin indah melalui bukunya.
7. Happy ending. Terima kasih telah membuat epilog yang membuat hati saya bahagia. Saya sudah bermuram durja dengan surat terakhir di dalam buku, tapi ternyata akhirnya menyatu lagi. Saya sangat bahagia.
Itu saja dari saya. Salam! ✌️
Animal Farm by George Orwell
5.0
4.4/5
Terjemahan dari Bakdi Soemanto.
Cerita ini punya alur yang agak pas, menurut saya. Tidak terlalu lambat, tapi menurut saya agak cepat. Sebagai orang yang tidak menyukai alur cepat, cerita ini walaupun terkesan terburu-buru penceritaannya, tetapi masih bisa dinikmati.
Saya kagum dengan olahan kata dari sang penulis dan juga penerjemahnya. Jujur saja, saya sangat suka gaya terjemahan dari bapak profesor Soemanto. Susunan kalimat yang menurut saya penting di buku, bisa tersalurkan dengan baik melalui terjemahan beliau, sampai saya menerka-nerka bagainana Orwell menulis pada versi originalnya.
Untuk penokohan, saya cukup lama mengalami kebingungan dalam mengingat tiap tokohnya sehingga harus ditemani google untuk mencari character claim dari tiap namanya. Saya baru bisa hafal setelah adegan pengusiran pada rapat kincir angin.
Tadi saya katakan menyukai gaya terjemahan bapak Soemanto, tapi tidak dimungkiri bahwa saya sendiri sering merasa kesusahan untuk memprosesnya dalam sekali baca saja sehingga harus diulang kembali membaca kalimat tersebut. Namun saya kira karena memang dari aslinya juga sudah begitu.
Secara garis besar, novel ini memang pengemasannya sangat bagus dan padat. Tidak ada bagian yang bertele-tele dan tepat langsung menyinggung permasalahan yang ada.
Tokoh favorit saya tentu saja Benjamin. Saya penasaran atas dasar apa Orwell menetapkan tiap karakternya berposisi sebagai hewan apa, kecuali para babi yang memang digambarkan menjadi pihak terpintar dari awal karena akan dibandingkan dengan sifat manusia di bagian akhir cerita. Dan menurut saya, penutupan novel inilah yang paling apik dari keseluruhan adegan apik lainnya di novel ini.
Itu saja review saya✌️
Terjemahan dari Bakdi Soemanto.
Cerita ini punya alur yang agak pas, menurut saya. Tidak terlalu lambat, tapi menurut saya agak cepat. Sebagai orang yang tidak menyukai alur cepat, cerita ini walaupun terkesan terburu-buru penceritaannya, tetapi masih bisa dinikmati.
Saya kagum dengan olahan kata dari sang penulis dan juga penerjemahnya. Jujur saja, saya sangat suka gaya terjemahan dari bapak profesor Soemanto. Susunan kalimat yang menurut saya penting di buku, bisa tersalurkan dengan baik melalui terjemahan beliau, sampai saya menerka-nerka bagainana Orwell menulis pada versi originalnya.
Untuk penokohan, saya cukup lama mengalami kebingungan dalam mengingat tiap tokohnya sehingga harus ditemani google untuk mencari character claim dari tiap namanya. Saya baru bisa hafal setelah adegan pengusiran pada rapat kincir angin.
Tadi saya katakan menyukai gaya terjemahan bapak Soemanto, tapi tidak dimungkiri bahwa saya sendiri sering merasa kesusahan untuk memprosesnya dalam sekali baca saja sehingga harus diulang kembali membaca kalimat tersebut. Namun saya kira karena memang dari aslinya juga sudah begitu.
Secara garis besar, novel ini memang pengemasannya sangat bagus dan padat. Tidak ada bagian yang bertele-tele dan tepat langsung menyinggung permasalahan yang ada.
Tokoh favorit saya tentu saja Benjamin. Saya penasaran atas dasar apa Orwell menetapkan tiap karakternya berposisi sebagai hewan apa, kecuali para babi yang memang digambarkan menjadi pihak terpintar dari awal karena akan dibandingkan dengan sifat manusia di bagian akhir cerita. Dan menurut saya, penutupan novel inilah yang paling apik dari keseluruhan adegan apik lainnya di novel ini.
Itu saja review saya✌️
Eren's Play by Orihara Ran
2.0
2.4/5
Cukup mengecewakan karena judulnya hampir secara total keluar jalur dari isi cerita pada novel ini, bahkan sinopsisnya pun begitu.
Saya sudah berekspektasi akan adegan-adegan seru dipenuhi oleh pertumpahan aksi debat dan sejenisnya dari anak-anak SMA atas permainan yang dibuat oleh pemeran utama, tapi ternyata hal itu hanya ditampilkan secuil saja. Penulis ternyata lebih condong menceritakan tentang 'rahasia' milik pemeran utama yang ternyata cukup klise.
Seperti tampak dari buku ini, memang dipertunjukkan untuk anak-anak remaja dengan umur berkisar 14-16 tahun (SMP menuju SMA), jadi itulah kemungkinan besar mengapa saya tidak cocok membaca novel ini.
Hal itu didukung oleh alur yang diangkat, sangat klise dan ringan. Menampilkan tokoh utama yang menawan, serba bisa, dan tak terkalahkan. Seakan-akan nasib yang didapat selalu baik.
Saya baru tahu bahwa penulisnya adalah orang Indonesia yang mengambil latar Jepang dipakai pada cerita ini. Saya apresiasi karena gaya penceritaannya berhasil membuat saya percaya novel ini dibuat oleh orang Jepang, walau sempat terbesit rasa heran karena saya tidak pernah mendengar dan ingat tentang penulis Jepang bernama Orihara Ran, dan karena alurnya yang sangat 'Indonesia' sekali, dengan tema seorang lelaki sempurna berwatak keras menyukai perempuan yang unik, berbeda dari perempuan lainnya karena hanya dia yang tidak takut padanya. Saya tidak menyangka penulis Jepang bisa membuat cerita simpel seperti ini juga, tapi ternyata benar saja, penulisnya bukanlah orang Jepang.
Baiklah, itu saja yang ingin saya sampaikan di sini. Selebihnya saya tetap mengapresiasi penulis yang telah bekerja keras menulis karya ini. Peace ✌️
Cukup mengecewakan karena judulnya hampir secara total keluar jalur dari isi cerita pada novel ini, bahkan sinopsisnya pun begitu.
Saya sudah berekspektasi akan adegan-adegan seru dipenuhi oleh pertumpahan aksi debat dan sejenisnya dari anak-anak SMA atas permainan yang dibuat oleh pemeran utama, tapi ternyata hal itu hanya ditampilkan secuil saja. Penulis ternyata lebih condong menceritakan tentang 'rahasia' milik pemeran utama yang ternyata cukup klise.
Seperti tampak dari buku ini, memang dipertunjukkan untuk anak-anak remaja dengan umur berkisar 14-16 tahun (SMP menuju SMA), jadi itulah kemungkinan besar mengapa saya tidak cocok membaca novel ini.
Hal itu didukung oleh alur yang diangkat, sangat klise dan ringan. Menampilkan tokoh utama yang menawan, serba bisa, dan tak terkalahkan. Seakan-akan nasib yang didapat selalu baik.
Saya baru tahu bahwa penulisnya adalah orang Indonesia yang mengambil latar Jepang dipakai pada cerita ini. Saya apresiasi karena gaya penceritaannya berhasil membuat saya percaya novel ini dibuat oleh orang Jepang, walau sempat terbesit rasa heran karena saya tidak pernah mendengar dan ingat tentang penulis Jepang bernama Orihara Ran, dan karena alurnya yang sangat 'Indonesia' sekali, dengan tema seorang lelaki sempurna berwatak keras menyukai perempuan yang unik, berbeda dari perempuan lainnya karena hanya dia yang tidak takut padanya. Saya tidak menyangka penulis Jepang bisa membuat cerita simpel seperti ini juga, tapi ternyata benar saja, penulisnya bukanlah orang Jepang.
Baiklah, itu saja yang ingin saya sampaikan di sini. Selebihnya saya tetap mengapresiasi penulis yang telah bekerja keras menulis karya ini. Peace ✌️
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas by Eka Kurniawan
5.0
Rating: 4,5/5!!!
0,5 nya aku simpan untuk bagian-bagian yang tidak aku sukai di novel ini.
Okay, aku mulai dari hal yang aku suka. Aku suka tutur bahasanya yang dipakai! Bahasa Indonesia yang baku, tapi tidak terlalu puitis dan membosankan. Inilah yang kemudian membawaku ke bagian yang aku suka selanjutnya. Diksi, ejaan, dan keefektifan kalimatnya, aku yakin pengajar bahasa Indonesia sangat suka membaca novel ini! Bukan cuma untuk kak Eka, aku juga mau mengapresiasi editornya. Terima kasih sudah menata kata demi kata dengan begitu rapi tanpa bahasan yang bertele-tele.
Aku tidak mau mengomentari perihal ceritanya karena setiap pengarang memiliki cerita mereka tersendiri. Asalkan, cerita itu harus sesuai dengan rating yang dipasang dan TIDAK DIROMANTISASI.
Buku ini penuh adegan dewasa, bukan hanya perihal seks saja, tapi juga adegan perkelahian dan trauma mendalam di masa kecil. Akan sangat memicu sisi batin kita kalau dari diri kita tidak kuat dengan bahasan tersebut. Tapi, kalau masih bisa tahan, novel ini bisa dipakai untuk menajamkan sisi empati kita untuk tidak lupa akan pemicu awal dari adanya sikap yang diambil seseorang. Sebagai contoh di novel ini adalah perselingkuhan Iteung.
Okay, untuk bagian yang tidak kusuka tentu saja bahasa yang terlalu vulgar hahaha. Tapi, lama-lama aku jadi terbiasa sih.
Selanjutnya adalah alur yang lompat-lompat. Benar-benar tidak rapi. Aku sebagai pecinta alur yang rapi, dari awal mulai baca aku pingin protes mulu. Tapi, justru yang bikin aku jadi mulai jatuh cinta dengan kak Eka adalah seberapa berantakan pun ceritanya, aku tetap bisa menikmatinya karena gaya penceritaan beliau sangat seru! Kak Eka tahu bagaimana cara menyusun adegan tiap adegan dengan baik dan menarik, ditambah dengan story telling yang tidak berlebihan ataupun membosankan.
Karena itulah aku hanya menyisihkan 0,5 penilaianku untuk menilai bagian kekurangan. Karena pada nyatanya, kekurangan itu tidak terlalu mengangguku sampai akhir halaman cerita.
Okay, itu saja tanggapanku untuk novel ini.
Yang jelas, mulai dari sini, aku akan jadi penggemar kak Eka Kurniawan.
Sekian. Peace! ✌️
0,5 nya aku simpan untuk bagian-bagian yang tidak aku sukai di novel ini.
Okay, aku mulai dari hal yang aku suka. Aku suka tutur bahasanya yang dipakai! Bahasa Indonesia yang baku, tapi tidak terlalu puitis dan membosankan. Inilah yang kemudian membawaku ke bagian yang aku suka selanjutnya. Diksi, ejaan, dan keefektifan kalimatnya, aku yakin pengajar bahasa Indonesia sangat suka membaca novel ini! Bukan cuma untuk kak Eka, aku juga mau mengapresiasi editornya. Terima kasih sudah menata kata demi kata dengan begitu rapi tanpa bahasan yang bertele-tele.
Aku tidak mau mengomentari perihal ceritanya karena setiap pengarang memiliki cerita mereka tersendiri. Asalkan, cerita itu harus sesuai dengan rating yang dipasang dan TIDAK DIROMANTISASI.
Buku ini penuh adegan dewasa, bukan hanya perihal seks saja, tapi juga adegan perkelahian dan trauma mendalam di masa kecil. Akan sangat memicu sisi batin kita kalau dari diri kita tidak kuat dengan bahasan tersebut. Tapi, kalau masih bisa tahan, novel ini bisa dipakai untuk menajamkan sisi empati kita untuk tidak lupa akan pemicu awal dari adanya sikap yang diambil seseorang. Sebagai contoh di novel ini adalah perselingkuhan Iteung.
Okay, untuk bagian yang tidak kusuka tentu saja bahasa yang terlalu vulgar hahaha. Tapi, lama-lama aku jadi terbiasa sih.
Selanjutnya adalah alur yang lompat-lompat. Benar-benar tidak rapi. Aku sebagai pecinta alur yang rapi, dari awal mulai baca aku pingin protes mulu. Tapi, justru yang bikin aku jadi mulai jatuh cinta dengan kak Eka adalah seberapa berantakan pun ceritanya, aku tetap bisa menikmatinya karena gaya penceritaan beliau sangat seru! Kak Eka tahu bagaimana cara menyusun adegan tiap adegan dengan baik dan menarik, ditambah dengan story telling yang tidak berlebihan ataupun membosankan.
Karena itulah aku hanya menyisihkan 0,5 penilaianku untuk menilai bagian kekurangan. Karena pada nyatanya, kekurangan itu tidak terlalu mengangguku sampai akhir halaman cerita.
Okay, itu saja tanggapanku untuk novel ini.
Yang jelas, mulai dari sini, aku akan jadi penggemar kak Eka Kurniawan.
Sekian. Peace! ✌️
Kumpulan Cerita: Lexie Xu Universe by Lexie Xu
4.0
Rating 4/5
Sebenarnya aku sudah selesaikan kumcer ini dari awal tahun 2022 ini, entahlah Januari atau Februari, aku lupa hahaha.
Nah, karena itu...aku jadi lupa apa tanggapanku untuk buku ini. Yang aku ingat cuma aku ngeskip cerpen-cerpen terakhir, yang agak nyeleneh dengan karakter utama diisi oleh nama penulisnya sendiri, Kalex
Sebenarnya aku sudah selesaikan kumcer ini dari awal tahun 2022 ini, entahlah Januari atau Februari, aku lupa hahaha.
Nah, karena itu...aku jadi lupa apa tanggapanku untuk buku ini. Yang aku ingat cuma aku ngeskip cerpen-cerpen terakhir, yang agak nyeleneh dengan karakter utama diisi oleh nama penulisnya sendiri, Kalex
Little Women - Gadis-Gadis March by Louisa May Alcott
4.0
3,8/5
Ini adalah buku anak-anak, jujur saja aku baru tahu itu. Begitu banyak pelajaran yang bisa didapatkan dan akan begitu berguna bagi anak-anak berusia remaja, sekitaran 12-16 tahun. Aku yang sudah dewasa jadi cukup menyesal karena tidak membaca buku ini sejak SD dulu.
Itulah yang aku sukai dari buku terjemahan ini. Walaupun budaya sosialnya begitu beda dengan yang dialami saat ini, pelajaran-pelajaran kehidupannya tetap bisa diterapkan karena perannya bersifat umum dan tidak hanya mengacu ke suatu kelompok saja.
Untuk hal yang tidak kusukai dari novel ini hanya terdapat beberapa bagian sepele dan membosankan ditampilkan di dalamnya. Aku ingat dengan isi-isi koran mereka dan juga surat-surat yang dikirimkan kepada ayah mereka. Menurutku itu cukup membosankan. Tapi yah, novel ini memang menceritakan keseharian hidup keempat dara March, jadi wajar saja hal remeh-temeh seperti itu ditampilkan.
Aku berharap penonton film adaptasinya yang kemudian memutuskan membaca karya aslinya seperti yang aku lakukan, tidak membenci Amy lagi. Anak bungsu perempuan ini begitu menggambarkan sosok anak bungsu yang memiliki lebih dari satu kakak. Sejauh ini, memang Amy adalah karakter yang paling aku sukai di cerita ini.
Baiklah itu saja. ✌️
Ini adalah buku anak-anak, jujur saja aku baru tahu itu. Begitu banyak pelajaran yang bisa didapatkan dan akan begitu berguna bagi anak-anak berusia remaja, sekitaran 12-16 tahun. Aku yang sudah dewasa jadi cukup menyesal karena tidak membaca buku ini sejak SD dulu.
Itulah yang aku sukai dari buku terjemahan ini. Walaupun budaya sosialnya begitu beda dengan yang dialami saat ini, pelajaran-pelajaran kehidupannya tetap bisa diterapkan karena perannya bersifat umum dan tidak hanya mengacu ke suatu kelompok saja.
Untuk hal yang tidak kusukai dari novel ini hanya terdapat beberapa bagian sepele dan membosankan ditampilkan di dalamnya. Aku ingat dengan isi-isi koran mereka dan juga surat-surat yang dikirimkan kepada ayah mereka. Menurutku itu cukup membosankan. Tapi yah, novel ini memang menceritakan keseharian hidup keempat dara March, jadi wajar saja hal remeh-temeh seperti itu ditampilkan.
Aku berharap penonton film adaptasinya yang kemudian memutuskan membaca karya aslinya seperti yang aku lakukan, tidak membenci Amy lagi. Anak bungsu perempuan ini begitu menggambarkan sosok anak bungsu yang memiliki lebih dari satu kakak. Sejauh ini, memang Amy adalah karakter yang paling aku sukai di cerita ini.
Baiklah itu saja. ✌️